Jelang Pemilu, Budayawan Ajak Politisi Belajar dari Legenda Aji Saka
garismerahnwes.com
Jelang Pemilu, Budayawan Ajak Politisi Belajar dari Legenda Aji Saka
JAKARTA – Budayawan Kidung Tirto Suryo Kusumo mengajak para politisi dan birokrat agar belajar dari legenda Aji Saka, sosok pemberani yang suka menolong dan membawa peradaban ke tanah Jawa.
“Aji Saka bukan sekadar legenda atau mitos, tetapi menjadi semacam falsafah bagi orang Jawa, bahkan suku-suku lain di Tanah Air. Sebab legenda Aji Saka mengandung pesan moral yang kuat dan relevan dengan sejarah Nusantara dari masa ke masa,” ujarnya, Sabtu (22/7/2023).
Aji Saka dikisahkan sebagai seorang pendekar sakti mandraguna yang baik hati. Dia merupakan pahlawan yang membawa peradaban, tata tertib dan keteraturan dengan mengalahkan Prabu Dewata Cengkar, sosok raja raksasa jahat yang menguasai Pulau Jawa kala itu.
Legenda ini juga menyebutkan bahwa Aji Saka adalah pencipta aksara Jawa ‘hanacaraka’ dan tarikh Tahun Saka, atau setidak-tidaknya raja pertama yang menerapkan sistem kalender Hindu di Jawa.
Kidung Tirto menuturkan, Aji Saka perlu dimaknai dalam konteks kekinian dan universal, lintas agama dan suku bangsa, agar pesan moral dari legenda tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Aji Saka pada masa kini bisa seorang birokrat, politisi, penegak hukum, ilmuwan, pengusaha, atau sosok lain yang peduli kepada rakyat. Dia berani melawan kejahatan untuk menegakkan keadilan,” kata spiritualis asal Gunung Lawu ini.
Menurut Kidung Tirto, setiap raga memiliki prana atau jiwa yang bisa diasah agar menitiskan kesaktian Aji Saka. Jiwa raga itu harus dijaga kemurniannya sehingga mampu memancarkan kekuatan lahir dan batin.
“Menjaga kemurnian jiwa raga harus selalu berkontemplasi, introspeksi dan mengaktualisasikan diri dalam kehidupan. Seperti legenda, Aji Saka sering melakukan tapa brata atau berkontemplasi. Ia juga mengabdikan diri sebagai raja sebagai wujud aktualisasi kepada negara,” ujarnya.
Secara khusus, Kidung Tirto berpesan kepada para politisi dan birokrat di negeri ini agar memetik hikmah dari legenda Aji Saka, seperti menegakkan keadilan, membela rakyat dan mengabdi kepada negara.
Dia meyakini Pemilu 2024 akan melahirkan sosok Aji Saka masa depan, apabila prosesnya berjalan dengan baik, aman dan lancar. “Suksesnya Pemilu tanggungjawab semua elemen bangsa, terutama politikus dan birokrat. Mereka akan menentukan arah bangsa ini ke depan,” ungkapnya.
Selain itu, Kidung Tirto juga mengingatkan para politisi dan birokrat tentang makna puisi ciptaan Aji Saka berjudul Hanacaraka Datasawala Padhajayanya Magabathanga.
Puisi ini diciptakan Aji Saka untuk mengenang dua abdinya yang setia yaitu Dora dan Sembada. Mereka gugur dalam pertarungan karena sama-sama teguh pendirian menjaga amanat.
Dia menjelaskan, ha na ca ra ka, yang mewakili lima karakter pertama dari aksara Jawa, memiliki arti hubungan antara Tuhan, manusia, dan kewajiban manusia (sebagai hamba). Adapun datasawala bermakna manusia harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
Padhajayanya, yakni Sang Penitah dan manusia memiliki keteguhan yang sama sesuai dengan ajaran agama. Lalu magabathanga berarti manusia mau menerima segala baik itu yang diwajibkan padanya atau yang dilarang oleh Tuhan.
“Secara garis besar, puisi itu mengandung makna manusia memiliki kewajiban untuk menaati, melaksanakan, dan menerima kehendak Tuhan yang telah menciptakannya. Puisi itu juga mengingatkan teguh menjaga amanat walaupun nyawa taruhannya,” ungkap Kidung Tirto.
red : AJISAKA