Perkuat Peran Aktif Gerakan Mahasiswa, BEM Banten Gelar Diskusi Publik: Revitalisasi Gerakan Mahasiswa Sebagai Fasilitator Rekonsiliasi Demokrasi Indonesia dan Pendidikan Gratis
SATSET.ID | KOTA SERANG – Dalam rangka memperkuat peran aktif gerakan mahasiswa dalam proses rekonsiliasi demokrasi di Indonesia serta memperjuangkan pendidikan gratis, sejumlah Ketua BEM Banten Bersatu dan mahasiswa mengadakan diskusi publik dengan tema 'Revitalisasi Gerakan Mahasiswa sebagai Fasilitator Rekonsiliasi Demokrasi Indonesia dan Pendidikan Gratis'.
Diskusi ini diadakan di Rumah Dunia Kecamatan Cipocok Kota Serang pada Minggu, 10 November 2024 guna mengidentifikasi langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan oleh gerakan mahasiswa dalam menghadapi tantangan demokrasi dan pendidikan di Indonesia.
Tujuan Diskusi ini menyoroti peran penting mahasiswa sebagai agen perubahan dalam proses demokratisasi yang berkelanjutan, yang tidak hanya terbatas pada partisipasi politik, tetapi juga pada usaha membangun kembali kohesi sosial di tengah keragaman dan dinamika politik Indonesia pasca Reformasi.
Para peserta sepakat bahwa gerakan mahasiswa harus lebih proaktif dalam mendorong rekonsiliasi sosial, memperjuangkan nilai-nilai demokrasi, menuntut kebijakan yang lebih berpihak pada pendidikan yang inklusif dan terjangkau bagi seluruh rakyat Indonesia.
Salah satu topik utama dalam diskusi ini adalah tantangan akses pendidikan yang masih menjadi isu utama di Indonesia dan Banten. Meskipun telah ada berbagai kebijakan terkait pendidikan, namun biaya pendidikan yang terus meningkat masih menjadi hambatan signifikan bagi banyak kalangan.
Diskusi tersebut mengusulkan agar gerakan mahasiswa kembali menghidupkan semangat perjuangan pendidikan gratis, sebagaimana yang dulu menjadi bagian integral dari gerakan mahasiswa di masa Orde Baru dan Reformasi.
“Mahasiswa harus kembali menjadi motor penggerak yang tidak hanya berbicara tentang pendidikan, tetapi juga ikut terlibat dalam upaya penyelesaian masalah sosial, termasuk ketidakadilan pendidikan. Pendidikan yang tidak terjangkau adalah bentuk ketidakadilan yang harus kita atasi bersama,” ujar Bagas Yulianto, Koordinator BEM Banten Bersatu salah satu pembicara dalam diskusi.
Selain itu kata Bagas, gerakan mahasiswa diharapkan dapat memperkuat peranannya dalam proses rekonsiliasi demokrasi Indonesia. Para aktivis mengingatkan bahwa demokrasi yang sehat harus didasarkan pada keterbukaan, dialog, dan penghargaan terhadap keberagaman.
"Mahasiswa sebagai kaum intelektual muda diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam mempertemukan berbagai kelompok dengan pandangan yang berbeda, untuk bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan Regional (Daerah)-Nasional yang tengah dihadapi," sambungnya.
“Revitalisasi gerakan mahasiswa dalam konteks ini bukan hanya soal mempertahankan tradisi aktivisme, tetapi juga menyesuaikan diri dengan kondisi dan tantangan zaman. Mahasiswa harus mampu mengedukasi publik tentang pentingnya demokrasi yang inklusif dan mengedepankan kepentingan rakyat banyak,” jelasnya.
Sementara Sekretaris Jenderal BEM Banten Bersatu, Geri Wijaya menegaskan bahwa mahasiswa perlu mempertahankan semangat kolektif dan kemampuan analitis dalam mengkritisi kebijakan yang tidak sesuai dengan kepentingan publik.
"Revitalisasi peran mahasiswa sangat krusial, terutama di era modern ini, di mana mereka harus mampu mengimbangi dinamika politik yang terus berkembang," kata Sekretaris Jenderal BEM Banten Bersatu, Geri Wijaya.
Sebagai penutup, diskusi ini mengingatkan bahwa gerakan mahasiswa harus kembali menggali potensi solidaritas untuk memperjuangkan hak-hak dasar rakyat, khususnya dalam bidang pendidikan, agar Indonesia dapat maju dengan keadilan sosial yang lebih merata. Peserta diskusi juga sepakat untuk terus mendorong kebijakan yang mendukung pendidikan gratis dan akses yang setara untuk semua lapisan masyarakat.
"Diskusi ini diselenggarakan oleh BEM Banten Bersatu dengan tujuan untuk membuka ruang bagi diskusi konstruktif antara pimpinan kampus, mahasiswa, aktivis, tentang peran mahasiswa dalam proses demokrasi dan pendidikan di Indonesia," pungkasnya. (Red/Dih)